ANALISIS MATERI AJAR DAN PEMBELAJARAN KIMIA
PADA BEBERAPA SMP DI KOTA MEDAN
Oleh
Yeni Purwati
Pendidikan Kimia, Pascasarjana Unimed
ABSTRAK
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Swasta Perguruan Islam Amalia, SMP Swasta Methodist 2, dan SMP Swasta Eka Prasetya Medan pada tanggal 8,9 dan 10 Oktober 2013. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis materi ajar dan proses belajar mengajar Kimia di tingkat SMP kelas VIII meliputi kesesuaian materi kimia dengan kurikulum satuan pendidikan yang ada di tingkat SMP pada masing-masing sekolah, mengetahui proses pembelajaran IPA di sekolah tersebut, mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran IPA, dan mengetahui masalah-masalah pembelajaran IPA di sekolah. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi kelas VIII di SMP Swasta Perguruan Islam Amalia, SMP Swasta Methodist 2, dan SMP Swasta Eka Prasetya Medan. Sampel penelitian ini diambil secara acak/random sampling yang berjumlah 30 orang siswa tiap sekolah. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara kepada guru bidang studi kimia, angket yang diberikan kepada siswa. dan dokumentasi Teknik analisis data mengunakan analisis statistik persentase (%). Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran IPA di SMP Swasta Perguruan Islam Amalia , SMP Swasta Methodist 2 dan SMP Swasta Eka Prasetya Medan telah disesuaikan dengan kurikulum dan silabus Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Minat siswa akan pelajaran kimia cukup baik. Sarana yang mendukung proses belajar mengajar cukup baik hanya saja kurang dimanfaatkan . Masih terdapat beberapa masalah dalam bahan ajar, proses pembelajaran di dalam kelas dan pemanfaatan fasilitas sekolah untuk mendukung pembelajaran. Strategi dan metode yang digunakan dalam proses belajar mengajar yaitu metode ceramah, demonstrasi, diskusi, tanya jawab, dan kelompok.
Kata Kunci : Bahan ajar, Pembelajaran Kimia, Fasilitas Belajar, Kurikulum.
PENDAHULUAN
Pendidikan Nasional berfungsi berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU No.20 Tahun 2003 Pasal 3 Pendidikan Nasional). Jelas dinyatakan bahwa tujuan pendidikan bangsa Indonesia adalah mengembangkan potensi peserta didik.
Keterkaitan pencapaian potensi siswa yang ditandai dalam sembilan aspek, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab, untuk itu pemerintah melalui pendidikan mengupayakan adanya pendidikan berkarakter.
Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil. Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen (stakeholders) harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, kualitas hubungan, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan ethos kerja seluruh warga dan lingkungan sekolah.
Dari berbagai komponen pendidikan, peneliti tertarik dalam lima hal yaitu kurikulum, proses pembelajaran, penilaian, pemberdayaan sarana prasarana, serta ethos kerja seluruh warga dan lingkungan sekolah. Kelima komponen ini memiliki keterkaitan yang sangat dekat dalam meningkatkan suatu mutu pendidikan. Namum bukan berarti komponen pendidikan yang lain tidak mendukung. Atau dengan kata lain kelima komponen ini seperti ujung tombak untuk mencapai tujuan pendidikan.
Kurikulum yang diimplementasikan saat ini dalam lingkungan pendidikan sekolah Indonesia adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang merupakan penyempurnaan dari Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). KTSP secara yuridis diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Penyusunan KTSP oleh sekolah dimulai tahun ajaran 2007/2008 dengan mengacu pada Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Kelulusan (SKL) untuk pendidikan dasar dan menengah sebagaimana yang diterbitkan melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional masing-masing Nomor 22 Tahun 2006 dan Nomor 23 Tahun 2006, serta Panduan Pengembangan KTSP yang dikeluarkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). BSNP berfungsi sebagai bahan acuan bagi Depdiknas dalam mengeluarkan beberapa kebijakan nasional.
Pada prinsipnya, KTSP merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari SI, namun pengembangannya diserahkan kepada sekolah agar sesuai dengan kebutuhan sekolah itu sendiri. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus. Pelaksanaan KTSP mengacu pada Permendiknas Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan SI dan SKL
Pemberlakuan KTSP, sebagaimana yang ditetapkan dalam peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan SI dan SKL, ditetapkan oleh kepala sekolah setelah memperhatikan pertimbangan dari komite sekolah. Dengan kata lain, pemberlakuan KTSP sepenuhnya diserahkan kepada sekolah, dalam arti tidak ada intervensi dari Dinas Pendidikan atau Departemen Pendidikan Nasional. Penyusunan KTSP selain melibatkan guru dan karyawan juga melibatkan komite sekolah serta bila perlu para ahli dari perguruan tinggi setempat. Dengan keterlibatan komite sekolah dalam penyusunan KTSP maka KTSP yang disusun akan sesuai dengan aspirasi masyarakat, situasi dan kondisi lingkungan dan kebutuhan masyarakat.
Pemberian otonomi ini, akan memberi peluang bagi setiap sekolah mengembangkan kurikulum, silabus, indikator, dan materi pembelajaran sesuai dengan situasi, kondisi, dan potensi unggulan sekolah, namun harus tetap mengacu pada Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang telah ditetapkan BSNP untuk tiap mata pelajaran (Hanafie, 2008). Komponen-komponen KTSP terdiri dari 1) tujuan yang berisi visi dan misi, 2) Struktur dan muatan kurikulum, 3) kalender pendidikan, dan 4) lampiran silabus dan rencana pembelajaran.
Pelaksanaan KTSP ini menuntut kesiapan guru untuk berinovasi dan berkreasi dalam mengembangkan kurikulum di sekolahnya dan harus meninggalkan cara lama yang hanya bergantung pada petunjuk teknis (Suharto, 2008). Dalam hal ini guru harus mampu mengembangkan proses pembelajaran yang sesuai dengan lingkungan sekolah.
Proses pembelajaran adalah sebuah upaya bersama antara pengajar dan pembelajar untuk berbagi dan mengolah informasi dengan tujuan agar pengetahuan yang terbentuk ter-“internalisasi” dalam diri peserta pembelajaran dan menjadi landasan belajar secara mandiri dan berkelanjutan. (Yusuf Yudi Prayudi, 2007). Maka kriteria keberhasilan sebuah proses pembelajaran adalah munculnya kemampuan belajar berkelanjutan secara mandiri.
Sementara itu, proses pembelajaran sampai saat ini masih banyak yang menggunakan metode pembelajaran konvensional, yang justru metode itu semakin terbelakang dalam mencapai keberhasilan pembelajaran. Padahal kita tahu, proses pembelajaran mempunyai perananan vital dalam mencapai keberhasilan pendidikan. Belum lagi keterkaitan sarana prasarana yang memberikan pengaruh dalam keberhasilan pembelajaran di kelas, serta penilaian yang digunakan sebagai tolak ukur dalam menyatakan keberhasilan.
Dalam hal lain, ethos kerja merupakan modal utama dalam meningkatkan pendidikan. Artinya dengan ethos kerja yang tinggi, kekurangan dalam sarana dan prasarana, serta metode pembelajaran dapat diatasi. Tapi dalam berbagai pengamatan dalam kesempatan lain, kita melihat etos kerja yang masih sangat minim. Jadi lengkaplah bahwa setiap modal yang dibutuhkan masih jauh dari apa yang diharapkan.
Sehubungan dengan hal diatas, penerapan KTSP juga meliputi bidang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di tngkat satuan pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Bahan kanjian IPA untuk SMP/ MTs merupakan kelanjutan bahan kajian IPA SD/MI yang meliputi aspek-aspek, yaitu 1) Makhluk hidup dan Proses Kehidupan, 2) Materi dan Sifatnya, 3) Energi dan Perubahannya, dan 4) Bumi dan Alam Semesta (Standar Isi BSNP, 2006). Dengan kata lain, sesuai dengan ruang lingkup kajian pembelajaran IPA di SMP/MTs, meliputi bidang ilmu Fisika, Biologi dan Kimia.
Sesuai dengan karakteristiknya, pengembangan KTSP di tentukan oleh tingkat satuan pendidikan itu sendiri yang disesuaikan dengan potensi lingkungannya, maka pembelajaran IPA di SMP dilaksanakan sesuai kebutuhan masing-masing. Sehingga pada pembelajaran IPA ada yang dilaksanakan terpadu oleh satu orang guru dan ada yang dilaksanakan sesuai dengan bidang ilmu yang diampu oleh pendidik. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan menganalisis Pelaksanaan KTSP dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) serta keterkaitannya dengan materi ajar Kimia dan Pembelajaran Kimia di SMP Swasta Perguruan Islam Amalia, SMP Swasta Methodist 2, dan SMP Swasta Eka Prasetya Medan.”
IDENTIFIKASI MASALAH
1. Minat belajar siswa terhadap pelajaran IPA masih sangat rendah
2. Hasil belajar kimia siswa pada umumnya masih sangat rendah
3. Pembelajaran bertumpu pada aktivitas guru
4. Guru kurang memvariasikan metodel pembelajaran
5. Pelajaran kimia diajarkan oleh guru rumpun IPA namun bukan jurusan Kimia
6. Persepsi siswa terhadap guru IPA kurang positif
BATASAN MASALAH
Penelitian ini hanya dilakukan pada:
1. Siswa kelas VIII dan guru yang mengajar Kimia di SMP S. Perguruan Islam Amalia
2. Siswa kelas VIII dan guru yang mengajar Kimia di SMP S. Methodist 2 Medan
3. Siswa kelas VIII dan guru yang mengajar Kimia di SMP S. Eka Prasetya Medan
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, yang menjadi rumusan masalah adalah “Bagaimana kesesuaian materi IPA/kimia dengan kurikulum satuan pendidikan yang ada dan masalah apa saja yang ditemukan di SMP Swasta Perguruan Islam Amalia, SMP Swasta Methodist 2, dan SMP Swasta Eka Prasetya Medan ?”
TUJUAN PENELITIAN
Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui kesesuaian materi IPA/kimia dengan kurikulum satuan pendidikan yang ada dan masalah apa saja yang ditemukan di SMP Swasta Perguruan Islam Amalia, SMP Swasta Methodist 2, dan SMP Swasta Eka Prasetya Medan.
KAJIAN TEORI
Belajar
Belajar merupakan salah satu kebutuhan hidup manusia yang vital dalam usahanya untuk mempertahankan hidup dan mengembangkan dirinya dalam kehidupan bermasyarakat. Pada hakikatnya kegiatan belajar adalah kegiatan yang dilakukan secara sadar oleh seseorang untuk menghasilkan perubahan tingkah laku pada dirinya sendiri baik dalam bentuk pengetahuan dan keterampilan baru, maupun bentuk sikap dan nilai.
Mengajar adalah suatu kegiatan membantu peserta didik memperoleh informasi, ide, ketrampilan, nilai, cara, berfikir, sarana untuk mengekpresikan diri, dan cara-cara belajar bagaimana belajar. Menurut definisi yang tercantum dalam Undang-Undang. Sistem Pendidikan Nasional, peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu.
Proses Belajar Mengajar (PBM)
Proses Belajar Mengajar (PBM) adalah suatu proses bantuan yang dilakukan berupa kegiatan membantu peserta didik memperoleh informasi, ide, ketrampilan, nilai, cara berfikir, sarana untuk mengekspresikan diri, dan cara-cara belajar bagaimana belajar dengan harapan terjadi perubahan tingkah laku (behavior change) pada individu yang belajar. Proses belajar mengajar dikatakan efektif apabila memiliki tiga kegiatan berikut, yaitu: Kegiatan sebelum pembelajaran (perencanaan mengajar), Kegiatan pelaksanaan pembelajaran, dan Kegiatan sesudah pembelajaran.
1. Kegiatan sebelum pembelajaran
Kegiatan sebelum pembelajaran meliputi kegiatan merencanakan pembelajaran, antara lain menentukan tujuan pembelajaran, menyusun skenario pembelajaran, pemilihan metode/teknik/pendekatan/strategi/model pembelajaran.
2. Kegiatan pelaksanaan pembelajaran
Kegiatan pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan pelaksanaan metode/teknik/pendekatan/strategi/model pembelajaran yang telah dirancang oleh guru dalam kegiatan eksploitasi, elaborasi, dan konfirmasi untuk membawa peserta didik mencapai tujuan pembelajaran.
3. Kegiatan sesudah pembelajaran
Kegiatan sesudah pembelajaran meliputi kegiatan refleksi, menarik kesimpulan serta pemberian tugas untuk mengetahui pencapaian dari tujuan pembelajaran.
Hasil Belajar
Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku dari individu yang belajar. Hasil belajar adalah hasil dari suatu proses perubahan tingkah laku dari individu yang belajar tersebut. Hasil belajar dapat diketahui dari beberapa cara/evaluasi yang dilakukan oleh guru. Evaluasi tersebut dapat dilakukan dengan berbagai test, baik lisan maupun tertulis. Hasil belajar yang efektif adalah hasil belajar yang sesuai dengan hasil yang telah ditetapkan dalam tujuan, misalnya peserta didik minimal harus memperoleh hasil pada nilai KKM. Hasil belajar nantinya akan digunakan sebagai bentuk laporan dari sekolah untuk beberapa pihak, antara lain laporan sekolah ke pihak orang tua peserta didik, laporan sekolah ke pemerintah, dalam hal ini Dinas Pendidikan.
Hakekat Kimia
Kimia merupakan salah satu bagian dari ilmu pengetahuan alam (natural science), yang sejajar dengan ilmu pengetahuan lainnya yaitu fisika dan biologi. Fisika dan biologi sudah diberikan kepada peserta didik sejak di jenjang SLTP, sedangkan kimia secara baru diberikan secara utuh pada peserta didik ketika di jenjang SLTA. Ilmu kimia adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang materi dan perubahannya serta energi yang menyertai perubahan materi tersebut. Ilmu kimia disebut juga central science karena peranannya yang sangat penting di antara ilmu pengetahuan lainnya. Ilmu kimia banyak digunakan di dalam pengembangan bidang kedokteran, farmasi, geologi, pertanian, dan sebagainya. Ilmu kimia juga dapat diterapkan untuk membantu mengatasi masalah sosial yang ada di masyarakat, misalnya di bidang ekonomi, seni dan lingkungan.
Laboratorium
Laboratorium adalah suatu sarana pembelajaran, dimana suatu proses penelitian dan pengambilan data dapat dilakukan. Data-data yang dapat diambil melalui sarana laboraorium adalah data yang bersifat praktik, yang merupakan data hasil suatu proses pengamatan. Oleh sebab itu data tersebut harus akurat, real, dan tentunya memiliki validitas. Data laboratorium dapat dimanfaatkan untuk suatu analisis baik bersifat kualitatif maupun kuantitatif.
Metode Eksperimen
Metode adalah suatu cara untuk melakukan kegiatan. Eksperimen adalah melakukan sesuatu/mengekspresikan sesuatu dalam praktik /karya nyata. Metode eksperimen adalah suatu metode yang digunakan dimana peserta didik melakukan suatu kegiatan dalam bentuk praktik/karya nyata. Menurut Winataputra dalam buku “Strategi Belajar Mengajar IPA”, dengan menggunakan metode eksperimen, peserta didik secara total dilibatkan dalam
· Melakukan sendiri suatu tindakan
· Mengikuti suatu proses
· Mengamati suatu objek
· Menganalisis objek yang diamati
· Membuktikan sendiri objek yang diamati
· Menarik kesimpulan dari objek yang diamati.
Kurikulum
Kurikulum yang diberlakukan sekarang yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pengajaran (KTSP). KTSP adalh kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanak d masing-masing satuan pendidikan. Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pengajaran (KTSP) yang beragam mengacu pada standar nasional pendidikan untuk menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasional standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi (SI), proses, kompetensi lulusan (SKL), tenaga pendidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan penilaian pendidikan. Dua dari kedelapan standar pendidikan nasional tersebut, standar isi (SI) dan Standar Kompetensi Kelulusan (SKL) merupakan acuan utama bagi satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum (Dirjen Peningkatan mutu pendidikan dan tenaga kependidikan : 2008).
Kebijakan pemerintah mengenai pemberlakuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan adalah sejalan dan dilandasi paradigmabaru pengelolaan pendidikan yang memberikan otonomi kepada sekolah. Sekolah sesuai dengan kondisinya, potensi siswa, dan potensi daerah dalam batas-batas tertentu diberikan keleluasaan untuk mengembangkan kurikulumnya sendiri. Sekolah diharapkan dapat melakukan analisis kekuatan dan kelemahan yang dimiliki, serta peluang dan ancaman yang dihadapi.
Berbicara masalah pembelajaran pada saat ini pada umumnya para guru menghadapi tantangn yang cukup serius mengenai sulitnya para siswa untuk mengikuti pembelajaran dengan sungguh-sungguh. Ini sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya penggunaan kurikulum yang tepat, menyediakan tenaga pengajar yang berkualitas, menyediakan sarana dan prasarana sekolah yang memadai, mengkondisikan iklim sekolah yang kondusif untuk belajar dan sebagainya. (Sri : 2008).
METODE PENELITIAN
Populasi dan Sampel
Penelitian ini telah lakukan di tiga sekolah yaitu di SMP Swasta Perguruan Islam Amalia, SMP Swasta Methodist 2, dan SMP Swasta Eka Prasetya Medan. SMP Swasta Perguruan Islam Amalia beralamat di jalan Raya Medan Tenggara No.31 Medan, SMP Swasta Methodist 2 beralamat di jalan M.H.Thamrin No.96 Medan, dan SMP Swasta Eka Prasetya Medan yang beralamat di jalan . Penelitian ini telah dilakukan pada tanggal 8, 9 dan 10 oktober 2013. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Menurut Koentjaraningrat “Penelitian yang bersifat deskriptif bertujuan untuk menggambarkan secara tepat sifat-sifat individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu, atau untuk menentukan frekuensi adanya hubungan tertentu antara suatu gejala dalam masyarakat.” (Koentjaraningrat; 1991)
Populasi dalam penelitian ini adalah guru kimia, wakil kepala sekolah bidang kurikulum dan siswa-siswa kelas VIII SMP Swasta Perguruan Islam Amalia, SMP Swasta Methodist 2, dan SMP Swasta Eka Prasetya Medan. Sampel dalam penelitian ini ditentukan secara acak (Simple Random Sampling), yaitu siswa kelas VIII masing-masing sekolah sebanyak 20 siswa.
Pelaksanaan Kegiatan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut:
1. Menentukan populasi penelitian. Populasi penelitiannya adalah Siswa di SMP Swasta Perguruan Islam Amalia, SMP Swasta Methodist 2, dan SMP Swasta Eka Prasetya Medan.
2. Menentukan sampel penelitian. Sampel penelitiannya adalah siswa kelas VIII sebanyak 20 orang dan guru bidang studi IPA/Kimia di SMP Swasta Perguruan Islam Amalia, SMP Swasta Methodist 2, dan SMP Swasta Eka Prasetya Medan.
3. Menyebarkan angket kepada siswa yang sebagai sampel dan melakukan wawancara dengan guru IPA/Kimia pada SMP Swasta Perguruan Islam Amalia, SMP Swasta Methodist 2, dan SMP Swasta Eka Prasetya Medan.
4. Melakukan analisis data atas jawaban angket.
5. Menarik kesimpulan dari data yang diperoleh.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, angket, dan dokumentasi.
Wawancara.
Wawancara dilakukan kepada guru kimia pada masing-masing sekolah untuk memperoleh data yang berhubungan dengan penerapan Kurikulum tingkat satuan Pendidikan disekolah, baik itu silabus, materi ajar yang digunakan serta masalah-masalah yang timbul ketika proses belajar mengajar berlangsung, mengetahui minat siswa, sumber belajar siswa, sarana sekolah, media pembelajaran yang digunakan, persiapan pengajaran dan masalah latar belakang ekonomi siswa. Jumlah pertanyaan wawancara sebanyak 10 soal.
Observasi.
Observasi dilakukan untuk memperoleh data tentang keadaan sekolah di SMP Swasta Perguruan Islam Amalia, SMP Swasta Methodist 2, dan SMP Swasta Eka Prasetya Medan untuk mengetahui data tentang sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran kimia, seperti perpustakaan dan jumlah buku-buku kimia yang relevan yang tersedia di perpustakaan, serta proses belajar mengajar, mengetahui cara guru dalam menjelaskan materi kimia kepada siswa dan mengetahui respon siswa dalam pembelajaran kimia pada masing-masing sekolah.
Dokumentasi
Dokumentasi dilakukan untuk memperoleh data tentang sarana dan prasarana yang ada di sekolah serta perangkat pembelajaran guru, seperti Silabus, RPP dan media pembelajaran.
Angket
Instrumen angket diberikan kepada siswa . Angket digunakan untuk memperoleh data tentang kesiapan siswa dalam belajar IPA dan kesiapan guru dalam proses belajar mengajar. Angket siswa berisi tentang ketertarikan siswa kepada pelajaran kimia, penggunaan sarana dan prasarana di sekolah, dan metoda pembelajaran yang digunakan oleh guru. Angket dibagikan kepada siswa-siswi kelas VIII tahun ajaran 2013/2014 yang berjumlah 60 siswa. Penskoran angket dilihat dari keterangan sampel dalam menjawab pertanyaan. Pengumpulan jawaban dibuat dalam bentuk persentase. Jumlah soal yang terdapat dalam angket sebanyak 15 pertanyaan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kesesuaian Materi Kimia dengan Kurikulum
Berdasarkan hasil wawancara dengan wakil kepala sekolah bidang kurikulum dan guru bidang studi kimia yang bersangkutan bahwa kurikulum yang digunakan di sekolah adalah kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), materi IPA yang di ajarkan telah dirancang sesuai dengan silabus Badan Nasional Standar Pendidikan (BNSP), tetapi karena pembelajaran IPA di kelas VIII Sekolah Menengah Pertama hanya 2 jam dalam seminggu, sering materi dan indikator yang diharapkan tidak mencapai target, walaupun demikian para guru sudah berusaha semaksimal mungkin untuk mencapai indikator yang diharapkan. Adapun silabus mata pelajaran IPA kelas VIII Sekolah Menengah Pertama dapat dilihat pada lampiran.
Di SMP Swasta Perguruan Islam Amalia Medan, untuk pembelajaran IPA dibagi menjadi pelajaran Fisika, Biologi, dan Kimia, dan diajarkan oleh guru-guru sesuai dengan kompeten yang dimiliki dengan rincian di kelas VIII pelajaran Fisika 2 Jam Pelajaran (JP), Biologi 2 JP dan Kimia 1 JP. Di SMP Swasta Methodist 2, untuk pembelajaran IPA dibagi menjadi pelajaran Fisika, Biologi, dan Kimia, dan diajarkan oleh guru-guru sesuai dengan kompeten yang dimiliki dengan rincian di kelas VIII pelajaran Fisika 2 Jam Pelajaran (JP), Biologi 2 JP dan Kimia 1 JP. Di SMP Eka Prasetya Medan, untuk pembelajaran IPA untuk pembelajaran IPA dibagi menjadi pelajaran Fisika, Biologi, dan Kimia, dan diajarkan oleh satu orang guru (merangkap sebagai guru kimi, fisika dan biologi).
Bahan Ajar
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada sekolah yang diteliti, pada SMP Perguruan Islam Amalia, guru dan siswa menggunakan buku BSE yaitu BELAJAR IPA Membuka Cakrawala Alam Sekitar, Saeful Karim, dkk, tahun 2008. Buku ini digunakan karena hasil dari pengadaan dana BOS (Bantuan Operasiona Siswa). Selain itu siswa juga memiliki buku paket lainnya, yaitu SPM Plus Sukses Mengahadapi UN SMP/MTs 2013, Bambang K, Karnoto, dkk, tahun 2012, penerbit Esis dan LKS pendukug SMART IPA Kimia, Penerbit Swadaya Murni. Sedangkan pada sekolah SMP Swasta Methodist 2 guru dan siswa menggunakan buku Kimia IPA, Penerbit Esis. Sedangkan pada SMP Swasta Eka Prasetya guru dan siswa menggunakan buku BSE yaitu Belajar IPA Membuka Cakrawala Alam Sekitar, Saeful Karim, dkk, tahun 2008 yang merupakan hasil dari pendanaan BOS (Bantuan Operasional Siswa).
Pembelajaran di Kelas
Dari penelitian, diperoleh data penelitian yang tertera dalam lampiran 1. Berdasarkan hasil analisis respon siswa terhadap pembelajaran IPA diperoleh bahwa respon siswa terhadap materi IPA/kimia SMP kelas VIII menyenangkan (Methodist 65%, Amalia 60%, Eka Prasetya 75%), faktor utama yang menyebabkan siswa menyukai kimia adalah gurunya menyenangkan (Methodist 40%, Amalia 70%, Eka Prasetya 80%),), sedangkan bagi siswa yang tidak menyukai IPA/Kimia disebabkan materinya sulit dipahami (60 % bagi siswa amalia dan Eka Prasetya 55%) dan gurunya membosankan (60% bagi siswa Methodist), materi yang paling sulit dipahami siswa adalah atom, ion dan molekul dalam produk kimia (Methodist 80%, Amalia 55%, Eka Prasetya 75%), jumlah buku paket yang digunakan oleh siswa hanya 1 (70 % bagi siswa Methodist, 80% bagi siswa Eka Prasetya) dan 2-3 buku ( 95% bagi siswa Amalia), kondisi laboratorium lengkap tetapi tidak pernah digunakan (40% bagi siswa Methodist, 60% bagi siswa Eka Prasetya ) dan ada laboratorium, tidak lengkap dan jarang digunakan (80% bagi siswa amalia), kondisi buku IPA/Kimia yang ada diperpustakaan sekolah banyak ( Methodist 70%, Amalia 70%, Eka Prasetya 73% ), frekuensi melakukan praktikum adalah tidak pernah (90% bagi siswa Methodist, 80% bagi siswa Eka Prasetya) dan 2-3 kali (70% bagi siswa amalia), guru IPA/Kimia tidak pernah menggunakan media (50% bagi siswa Methodist) dan guru kimia nya menggunakan media pembelajaran pada topik tertentu saja berupa alat power point ( 65% bagi siswa amalia, 55% bagi siswa Eka Prasetya ), guru selalu memberikan kesempatan kepada siswa bertanya secara adil ( 65% untuk Methodist , 50% untuk amalia dan 81% untuk siswa Eka Prasetya ), guru selalu bersikap obyektif dalam menilai siswa (95% untuk Methodist, 95% Amalia, 89% untuk Eka Prasetya ), keterkaitan soal mid-test dan soal ujian yang diberikan guru IPA/Kimia dengan materi yang disampaikan sesuai ( Methodist 55% ) dan sangat sesuai (amalia 80%, Eka Prasetya 88%), guru IPA/Kimia sering memberikan tugas (90% untuk Amalia, 89% untuk Methodist dan 76% untuk Eka Prasetya), guru IPA/Kimia nampak bersungguh-sungguh dalam mengajar agar siswa mengerti materi yang disampaikan (70% untuk Methodist,75% untuk amalia, 89% untuk Eka Prasetya).
Dari hasil jawaban siswa dalam menjawab angket dapat kita ketahui minat belajar kimia siswa cukup baik karena mereka menganggap kimia merupakan pelajaran yang baru bagi mereka dan tidak terlalu sulit untuk dipahami. Kimia juga dianggap menarik bagi siswa karena guru dapat mengaitkan materi ajar dengan kehidupan sehari-hari. Prasarana dan sarana diibaratkan sebagi motor penggerak yangdapat berjalan dengan kecepatan sesuai dengan keinginan olehpenggeraknya. Begitu pula dengan pendidikan, sarana dan prasaranasangat penting karena dibutuhkan. Sarana dan prasarana pendidikandapat berguna untuk menunjang penyelenggaraan proses belajar. Minat ini besar pengaruhnya terhadap belajar, karena minat siswa merupakan faktor utama yang menentukan derajat keaktifan siswa, bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, sebab tidak ada daya tarik baginya. Oleh karena itu, guru harus mampu menciptakan kondisi tertentu agar siswa itu selalu butuh dan ingin terus belajar. Dalam artian menciptakan siswa yang mempunyai minat belajar yang besar, mungkin dengan cara menjelaskan hal-hal yang menarik, salah satunya adalah mengembangkan variasi dalam gaya mengajar. Dengan variasi ini siswa bisa merasa senang dan memperoleh kepuasan terhadap belajar. Minat mengandung unsur-unsur kognisi (mengenal), emesi (perasaan), dan konasi (kehendak). Oleh sebab itu, minat dapat dianggap sebagai respon yang sadar, sebab kalau tidak demikian, minat tidak akan mempunyai arti apa-apa.
Hasil wawancara yang dilakukan menunjukkan bahwa guru dapat menyampaikan pelajaran kimia dengan baik, namun guru kurang mendapat kesempatan untuk mengajak siswa melakukan percobaan di Laboratorium IPA karena lebih didominasi oleh Biologi. Pihak sekolah cukup memperhatikan persiapan mengajar guru. Pihak sekolah juga terus memotivasi guru untuk melakukan inovasi pembelajaran. Belajar atau pembelajaran adalah merupakan sebuah kegiatan yang wajib kita lakukan dan kita berikan kepada anak-anak kita. Karena belajar merupakan kunci sukses unutk menggapai masa depan yang cerah, mempersiapkan generasi bangsa dengan wawasan ilmu pengetahuan yang tinggi. Yang pada akhirnya akan berguna bagi bangsa, negara, dan agama. Melihat peran yang begitu vital, maka menerapkan metode yang efektif dan efisien adalah sebuah keharusan. Dengan harapan proses belajar mengajar akan berjalan menyenangkan dan tidak membosankan.
Faktor Siswa
Berdasarkan hasil analisis respon siswa terhadap pembelajaran IPA diatas dapat diketahui bahwa masih ada sebahagian siswa yang tidak antusias terhadap pelajaran kimia. Siswa masih menganggap pelajaran kimia itu sulit dan sangat membosankan. Hal ini mungkin diakibatkan karena siswa merasa pelajaran kimia sebagai imajiner. Disamping itu, cara mengajar guru kurang menarik dan kurang memanfaatkan fasilitas IT dan media pembelajaran lainnya.
● Solusi
Para guru hendaknya menerapkan model pembelajaran yang mampu menarik perhatian siswa dengan membuat variasi dalam pembelajaran, misalnya dengan mengadakan pembelajaran ke alam untuk materi-materi pelajaran Kimia tertentu sehingga siswa tidak merasa jenuh dan bosan. Guru sebaiknya mampu menghubungkan pelajaran kimia yang dipelajari dengan kehidupan sehari-hari dan menghubungkan pelajaran dengan kegunaan nya dalam kehidupan.
Faktor Guru
Berdasarkan hasil analisis respon siswa terhadap pembelajaran IPA diatas dapat diketahui bahwa masih ada sebagian guru yang belum memanfaatkan media pembelajaran. Mereka lebih terbiasa dengan metode mengajar ceramah. Selain itu, guru juga tidak menggunakan media pembelajaran, karena, berdasarkan wawancara, guru mengalami kesulitan dalam membuat media pembelajaran.
● Solusi
Pihak sekolah sebaiknya memberikan pelatihan-pelatihan bagi para guru di sekolah untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan guru dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran di sekolah terutama dalam pengembangan silabus dari BSNP agar kegiatan pembelajaran tidak monoton. Selain itu dituntut supaya para guru dapat memanfaatkan IT dalam proses belajar mengajar. Adapun pelatihan-pelatihan tersebut dapat berupa diklat atau penataran, “workshop”, dan pelatihan lapangan. Dengan adanya pelatihan-pelatihan tersebut, guru diharapkan telah mampu memodifikasi kegiatan pembelajarannya termasuk dalam penggunaan media pembelajaran.
Fasilitas Belajar
Berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh peneliti, SMP Swasta Perguruan Islam Amalia , SMP Swasta Methodist 2 dan SMP Swasta Eka Prasetya Medan sudah memiliki perpustakaan, laboratorium komputer dan laboratorium IPA . Perpustakaan yang dimiliki SMP Swasta Methodist 2, SMP Swasta Perguruan Islam Amalia dan SMP Swasta Eka Prasetya Medan boleh dikatakan baik dengan kumpulan buku yang cukup lengkap untuk setiap mata pelajaran, baik buku yang lama bahkan untuk terbitan terbaru.Namun, siswa jarang menggunakan perpustakaan. Berdasarkan wawancara dengan petugas perpustakaan SMP Swasta Perguruan Islam Amalia, Ade Syahputra, Amd, siswa memasuki perpustakaan hanya pada saat pembagian buku di awal tahun pembelajaran. Sedangkan petugas perpustakaan SMP Swasta Methodist 2,Riris, siswa jarang memasuki perpustakaan sekolah.
Demikian juga dengan laboratorium komputer serta jaringan wifi yang ada di SMP Swasta Perguruan Islam amalia tidak dimanfaatkan siswa untuk mencari informasi dan bahan pembelajaran yang mendukung pembelajaran di kelas. Laboratorium komputer serta jaringan wifi hanya digunakan ketika praktek pelajaran TIK berlangsung. Laboratorium IPA digunakan bersama untuk pelajaran IPA, yaitu Fisika, Biologi, dan Kimia. Walaupun memiliki laboratorium yang lengkap siswa di SMP Methodist 2 tidak pernah melakukan praktikum di laboratorium karena khawatir dengan keselamatan anak-anaknya. Laboratorium hanya digunakan oleh siswa tingkat SMA mulai dari kelas XI. Untuk SMP Perguruan Islam Amalia, laboratorium sudah beralih fungsi menjadi ruangan kelas sehingga siswa tidak bisa lagi melakukan percobaan di laboratorium. Siswa hanya bisa melakukan percobaan sederhana di kelas. Guru membawa perlengkapan untuk melakukan percobaan ke dalam kelas, kemudian menyuruh siswa memperhatikan yang di demonstrasikan oleh guru. Pada SMP Swasta Eka Prasetya terdapat laboratorium tetapi siswa jarang menggunakan laboratorium. Solusi
Untuk fasilitas sekolah sudah cukup memadai, hanya saja siswa tidak terlibat dalam menggunakan fasilitas yang ada. Mungkin karena kurangnya sosialisasi untuk menggunakan fasilitas yang ada. Jadi, sekolah dengan bantuan guru BK memberikan motivasi kepada siswa untuk menggunakan fasilitas perpustakaan, dan layanan internet.
Sementara itu, untuk penggunaan laboratorium IPA, guru kimia seharusnya menggunakan model demonstrasi untuk pelajaran Kimia sebagai variasi atau pendukung pelajaran Kimia di dalam kelas.
Kurikulum
Untuk menganalisis kurikulum dan pembagian pelajaran kimia, peneliti melakukan wawancara dengan PKS kurikulum (SMP Swasta Perguruan Islam Amalia yaitu Deni Rahmad Nst, S.PdI dan SMP Swasta Methodist 2 yaitu Bob Saragih, M.Si). Baik pada SMP Swasta Perguruan Islam Amalia , SMP Swasta Methodist 2 dan SMP Swasta Eka Prasetya Medan, semuanya menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan sesuai dengan Kurikulum Program Dinas Pendidikan. Sekolah dalam melaksanakan kurikulum berpedoman pada BNSP. Sementara itu, untuk kesiapan guru untuk melaksanakan pembelajaran di kelas, guru-guru masing mata pelajaran membuat perlengkapan mengajar seperti Silabus, Program Tahunan, Program Semester, Rincian Minggu Efektif, dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.
Pada SMP Swasta Perguruan Islam Amalia , SMP Swasta Methodist 2 dan SMP Swasta Eka Prasetya Medan, guru menggunakan media berupa power point dan metode demonstrasi untuk mendukung pembelajaran. Penyusunan prota, prosem dan Rencana Program Pembelajaran (RPP) berdasarkan silabus yang harus dikumpulkan minimal sebulan setelah PBM berlangsung.
Identifikasi Materi Pelajaran Kimia
Berdasarkan standar isi yang dikeluarkan Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) terdapat standar kompetensi dan kompetensi dasar pelajaran IPA seperti pada lempiran 4.
Analisis Materi Ajar dan Silabus
Analisis silabus ini dapat mencakup keseluruhan atau masing-masing komponen silabus seperti tujuan, isi, atau metode pembelajaran yang ada dalam silabus tersebut.Secara sederhana analisis silabus dapat disamakan dengan penelitian karena analisis silabus menggunakan penelitian yang sistematik, menerapkan prosedur ilmiah dan metode penelitian. Perbedaan antara analisis dan penelitian terletak pada tujuannya. Analisis bertujuan untuk menggumpulkan, menganalisis dan menyajikan data untuk bahan penentuan keputusan mengenai silabus apakah akan direvisi atau diganti.
Materi kimia yang diajarkan di SMP kelas VIII masih tergolong materi yang tidak sulit untuk dimengerti meliputi materi tentang atom, ion dan molekul dalam produk kimia, bahan kimia dalam kehidupan, partikel materi, serta zat adiktif dan psikotropika. Hampir semua siswa merasa sulit untuk mempelajari materi mengenai atom, ion dan molekul dalam produk kimia.
Silabus KTSP dikembangkan sesuai dengan kondisi satuan pendidikan, potensi dan karakteristik daerah, serta sosial budaya masyarakat setempat dan peserta didik. Sekolah dan komite sekolah mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan dan silabusnya berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi lulusan, dibawah supervise dinas pendidikan kabupaten/kota yang bertanggungjawab di bidang pendidikan.
Siswa akan mudah memahami suatu materi pelajaran yang diajarkan apabila guru mampu mengaitkan materi pelajaran dengan kejadian atau benda-benda yang ada di lingkungan sekitar siswa. Keterkaitan ini akan membuat daya ingat siswa terhadap materi yang diajarkan lebih tahan lama. Lingkungan dapat menjadi tempat kegiatan belajar. Di dalam kelas dapat dilakukan kegiatan meniru hal-hal yang ada di lingkungan.
Metode yang terdapat di dalam silabus sangat membosankan. Di dalam silabus guru menggunakan metode ceramah dan diskusi. Metode ceramah yang digunakan tidak akan mengembangkan pemikiran siswa, sedangkan metode diskusi hanya siswa aktif saja yang bekerja. Kurangnya variasi metode pembelajaran yang digunakan guru dapat membuat siswa merasa bosan dan jenuh terhadap pelajaran yang diajarkan.
Mutu guru di Indonesia yang masih cukup rendah merupakan salah atu penyebab rendahnya kualitas pendidikan di negeri ini. Masih banyak ditemukan guru-guru yang belum memiliki kemampuan memilih pendekatan dan metode yang tepat dalam pembelajaran. Padahal penggunaan pendekatan dan metode yang tepat sangat menentukan keberhasilan proses pengajaran dan hasil belajar. Selain itu, masih ditemukan pada beberapa sekolah bahwa guru yang mengajarkan kimia bukan berlatar belakang pendidikan kimia, melainkan berasal dari latar pendidikan yang lain.
Analisis materi ajar terhadap silabus yang digunakan perlu diadakannya revisi. Ada beberapa kekurangan dan ketidaksesuaian yang terdapat pada pengembangan silabus. Dengan adanya revisi diharapkan menjadi lebih baik dalam pembuatan persiapan mengajar. Persiapan mengajar yang baik akan menciptakan proses pembelajaran yang baik pula.
KESIMPULAN
· Pembelajaran IPA di SMP Swasta Perguruan Islam Amalia , SMP Swasta Methodist 2 dan SMP Swasta Eka Prasetya Medan telah disesuaikan dengan kurikulum dan silabus Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).
· Minat siswa akan pelajaran kimia cukup baik. Mereka merasa pelajaran kimia itu tidak terlalu sulit untuk dimengerti dan berkaitan dengan kehidupan mereka sehari-hari.
· Sarana yang dimiliki cukup baik. Hal ini mampu membantu proses belajar-mengajar berlangsung dengan baik pula.
· Strategi dan metode yang digunakan dalam proses belajar mengajar yaitu metode ceramah, demonstrasi, diskusi, tanya jawab, dan kelompok.
· Terdapat beberapa masalah yang ditemukan di SMP Swasta Perguruan Islam Amalia, SMP Swasta Methodist 2, dan SMP Swasta Eka Prasetya Medan meliputi
a. Masalah bahan ajar (penggunaan buku pelajaran yang belum dioptimalkan).
b. Masalah proses pembelajaran di dalam kelas (faktor siswa dan guru).
c. Masalah pemanfaatan fasilitas sekolah untuk mendukung pembelajaran.
d. Masalah motivasi guru untuk bekerja keras untuk menghasilkan pembelajaran yang baik.
SARAN
Saran yang dapat diberikan untuk peningkatan materi ajar dan pembelajaran di tingkat SMP adalah:
· Disarankan kepada Kepala Sekolah untuk dapat menyediakan buku-buku IPA/kimia lebih banyak lagi dan pengadaan laboratorium serta sarana dan prasarana yang lain yang menunjang kelancaran pembelajaran IPA/Kimia.
· Dihimbau kepada para guru IPA/kimia untuk dapat meningkatkan motivasi dan minat siswa dalam belajar IPA/kimia dan membuat media dalam bentuk APM ( Alat Peraga Murah), sehingga tidak adanya laboratorium bukan menjadi masalah besar dalam pembelajaran IPA/kimia di sekolah.
· Bagi sekolah sebaiknya meningkatkan kerjasama antara elemen-elemen stakeholder sekolah agar mampu menghasilkan kompetensi lulusan yang baik dan memuaskan.
· Bagi sekolah umumnya dan para guru khususnya diharapkan dapat menggunakan model pembelajaran sebagai alternatif untuk meningkatkan aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran dengan memperhitungkan waktu yang tersedia, sehingga kejenuhan dalam belajar tidak terjadi.
· Bagi sekolah sebaiknya memberikan sosialisasi kepada siswa untuk menggunakan fasilitas yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi, (2002), Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi), Penerbit PT Bumi Aksara, Jakarta.
Arikunto, Suharsimi, (2006), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revisi VI), Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.
Eka, Erdina, (2008), Efektifitas Media Grafis Dalam Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Pencemaran Lingkungan Di SMA, Skripsi, FMIPA, Universitas Negeri Medan, Medan.
Mursyid, (2010), http://file:///d:/etc/curriculum/pengertian-dan-defenisi-kurikulum.htm.
Purwanto, Ngalim, (2007), Psikologi Pendidikan, Penerbit PT Remaja Rosdakarya, Bandung.
Sagala, Syaiful, (2005), Konsep Dan Makna Pembelajaran, Penerbit Alfabeta, Bandung.
Slameto, (2003), Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.
Tulus, Theresa, (2007), Efektifitas Media Pembelajaran Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Pengajaran Struktur Atom, Skripsi, FMIPA, Universitas Negeri Medan, Medan.
Prayudi, Yusuf Yudi, (2007), http://prayudi.wordpress.com/2007/05/15/proses-pembelajaran/
Hanafie, Imam, (2008), http://researchengines.com/imamhanafie3-07-2.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
'Silahkan Berkomentar menggunakan Hati Nurani dan Tidak mengandung Unsur SARA, SEX dan POLITIK"