KARAKTER MANDIRI
1. PENGERTIAN MANDIRI
Kemandirian berasal dari kata mandiri yang berarti berdiri sendiri, tidak tergantung kepada orang lain. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1996:625) kemandirian adalah "keadaan dapat berdiri sendiri tanpa tergantung pada orang lain". Kemandirian yang diwujudkan melalui tingkah laku menunjukkan sikap mandiri atau tingkah laku mandiri. Robert Tai dkk (2007: 27) menyatakan "Autonomous learning is the seed of scientific research". Kemandirian belajar merupakan dasar bagi penelitian ilmiah. Sementara itu Hermann Holstein (1987:6) mengartikan "Mandiri sebagai bekerja sendiri (berswakarsa)". Sedangkan Suharsimi Arikunto (1990:108) mengemukakan "Membantu siswa untuk mandiri berarti menolong mereka dari bantuan orang lain". Jadi dalam melakukan aktifitas menekankan pada kebebasan melakukan sesuatu secara langsung, bebas dari rasa takut.
Kemandirian seseorang tidak ditandai dengan usia, tetapi salah satunya ditengarai oleh perilakunya. Dengan begitu, mungkin saja terjadi anak yang berusia lebih muda dapat lebih mandiri (untuk ukuran seusianya), sementara yang lebih tua belum tentu memiliki hal yang sama.
Beberapa perilaku mandiri dapat diidentifikasi seperti : menemukan diri atau identitas diri, memiliki kemampuan inisiatif, membuat pertimbangan sendiri dalam bertindak, mencukupi kebutuhan sendiri, bertanggung jawab atas tindakannya, mampu membebaskan diri dari keterikatan yang tidak perlu, dapat mengambil keputusan sendiri dalam bentuk kemampuan memilih (Suyata, 1982), tekun, percaya diri, berkeinginan mengerjakan sesuatu tanpa bantuan orang lain, puas terhadap hasil usahanya sendiri.
Selain tersebut dapat terwujud dalam diri seseorang, manakala dalam seluruh aktivitasnya pengaruh dan arahan sikap orang lain lebih kecil dibanding dengan dorongan yang berasal dari dalam dirinya. Meski juga disadari, bahwa dalam aktivitasnya seseorang tidak akan pernah bebas secara total dari ketergantungan orang lain, mengingat sejak lahir manusia hidup dalam masyraakat yang mempunyai norma sosial yang mengatur, dan membatasi kehidupan seseorang.
2. PENGERTIAN BELAJAR MANDIRI
Belajar mandiri merupakan kegiatan belajar aktif yang didorong oleh niat atau motif untuk menguasai suatu kompetensi guna untuk menyelesaikan suatu masalah, hal tersebut dibangun dengan bekal pengetahuan atau kompetensi yang telah dimiliki. Penetapan kompetensi sebagai tujuan belajar, dan cara pencapaiannya baik penetapan waktu belajar, tempat belajar, sumber belajar maupun evaluasi hasil belajar dilakukan oleh pembelajaran mandiri.
Beberapa ciri-ciri lain yang menandai belajar mandiri, yaitu:
1. Pyramid Tujuan
Di dalam belajar mandiri terbentuk struktur tujuan belajar yang berbentuk pyramid. Besar dan bentuk pyramid sangat bervariasi diantara para pembelajar. Semakin kuat motivasi belajar, semakin tinggi kemampuan belajar, semakin tersedia sumber belajar, akan semakin besar pyramid tujuan belajarnya. Jadi semakin tinggi kualitas kegiatan belajar, akan semakin banyak kompetensi yang diperoleh.
2. Sumber dan Media Belajar
Sumber belajar dalam pembelajaran mandiri, antara lain: guru, tutor, kawan, pakar, praktisi, dan siapapun yang memiliki informasi dan keterampilan yang diperlukan pembelajar dapat menjadi sumber belajar. Sedangkan media belajar dalam pembelajaran mandiri antara lain: paket-paket belajar yang berisi self instructional material, buku teks, hingga teknologi informasi lanjut.
3. Tempat Belajar
Belajar mandiri dapat dilakukan di sekolah, di rumah, di perpustakaan, di warnet, dan dimanapun tempat yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan belajar.
4. Waktu Belajar
Belajar mandiri dapat dilaksanakan pada setiap waktu yang dikehendaki pembelajar.
5. Tempo dan Irama Belajar
Kecepatan belajar dan intensitas kegiatan belajar ditentukan sendiri oleh pembelajar, sesuai dengan kebutuhan, kemampuan, dan kesempatan yang tersedia.
6. Cara Belajar
Pembelajar memiliki cara belajar yang tepat untuk dirinya sendiri. Ini tergantung dari masing-masing tipe pembelajar, apakah dia termasuk auditif, visual, kinestetik, atau tipe campuran.
7. Evaluasi Hasil Belajar
Evaluasi hasil belajar mandiri dilakukan oleh pembelajar sendiri. Dengan membandingkan antara tujuan dan hasil yang akan dicapainya.
8. Refleksi
Refleksi merupakan penilaian terhadap proses pembelajaran yang telah dijalani. Dari hasil refleksi, pembelajar dapat menentukan langkah kedepan, guna mencapai keberhasilan dan menghindari kegagalan.
9. Konteks Sistem Pembelajaran
Kegiatan belajar dalam pembelajaran mandiri dapat berupa sistem pendidikan tradisional ataupun sistem lain yang lebih progresif. Belajar mandiri juga dapat dijalankan dalam system pendidikan formal, nonformal, ataupun bentuk-bentuk belajar campuran.
10. Status Konsep Belajar Mandiri
Status kegiatan belajar mandiri adalah kegiatan yang dijalankan dalam sistem pendidikan formal-tradisional sebagai upaya pelatihan atau pembekalan keterampilan belajar mandiri bagi para siswanya.
Batasan-batasan pada pembelajaran mandiri yaitu :
Kegiatan belajar aktif merupakan kegiatan belajar yang memiliki ciri keaktifan pembelajar, konsisten, keterarahan dan kreativitas untuk mencapai tujuan.
Motif atau niat untuk menguasai suatu kompetensi adalah kekuatan pendorong kegiatan belajar secara intensif, konsisten, terarah dan kreatif.
Kompetensi adalah pengetahuan atau keterampilan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah.
Dengan pengetahuan yang telah dimiliki, pembelajar mengolah informasi yang diperoleh dari sumber belajar sehingga menjadi pengetahuan ataupun keterampilan baru yang dibutuhkannya.
Tujuan belajar hingga evaluasi hasil belajar, ditetapkan sendiri oleh pembelajar sehingga mereka sepenuhnya menjadi pengendali kegiatan belajar.
Seseorang yang sedang menjalankan kegiatan belajar mandiri lebih ditandai dan ditentukan oleh yang mendorongnya belajar. Bukan oleh kemampuan fisik kegiatan belajarnya. Pembelajar dapat belajar sendirian, belajar kelompok atau dalam kegiatan belajar di kelas. Apabila motif yang mendorong kegiatan belajar adalah motif untuk menguasai suatu kompetensi yang diinginkan maka pembelajar sedang menjalankan belajar mandiri. Belajar mandiri jenis ini disebut sebagai Self-motivated Learning.
Belajar mandiri lebih ditentukan oleh motif belajar yang timbul di dalam diri pembelajar, maka pendidik dalam menyelenggarakan pembelajarannya dituntut untuk dapat menumbuhkan niat atau motif belajar dalam diri pembelajar. Oleh karena itu pendidik harus sungguh-sungguh menguasai bidang studinya. Selain itu mereka harus menguasai berbagai tehnik mengajar untuk menarik pembelajar terhadap materi pelajarannya dan selanjutnya tertarik untuk mempelajarinya sendiri lebih jauh. Berbagai tehnik belajar juga perlu dikuasai oleh pendidik untuk diajarkan atau dilatihkan kepada pembelajar agar mampu melakukan kegiatan belajar lebih jauh tanpa bantuan sepenuhnya oleh pendidik.
3. CARA MENINGKATKAN KARAKTER MANDIRI PADA SISWA
1. Pengembangan Motivasi Belajar
Motivasi belajar merupakan komponen pertama konsep belajar mandiri dan merupakan prasyarat bagi berjalannya belajar mandiri. Motivasi belajar tersebut merupakan kekuatan pendorong dan pengarah perbuatan belajar. Pendorong dalam arti pemberi kekuatan yang memungkinkan kegiatan belajar dijalankan. Pengarah dalam arti pemberi tuntunan kepada perbuatan belajar ke arah tujuan yang telah ditetapkan.
Motivasi belajar dibedakan menjadi dua yaitu:
a. Motivasi intrinsik
Motivasi intrinsik adalah dorongan dari dalam diri untuk menguasai suatu kompetensi guna mengatasi masalah. Motivasi intrinsik ada dalam kegiatan-kegiatan tanpa paksaan atau tanpa 'iming-iming'. Faktor pendorong motivasi intrinsik yang utama adalah emosi, rasa senang, dan minat. Motivasi intrinsik juga menyebabkan perbuatan lebih konsisten, lebih serius, lebih kreatif, dan 'time on task' lebih lama, sehingga lebih besar kemungkinan diperoleh hasil perbuatan belajar yang lebih baik.
b. Motivasi ekstrinsik.
Motivasi ekstrinsik adalah dorongan dari luar diri untuk menguasai suatu kompetensi guna mengatasi masalah. Jadi seseorang melakukan suatu tindakan karena termotivasi oleh suatu hal di luar dirinya. Misalnya, seseorang menyelesaikan studi untuk mendapatkan ijazah, seseorang bekerja untuk memperoleh penghasilan, atau seorang anak mengerjakan PR agar tidak dimarahi gurunya.
Salah satu metode untuk mengembangkan motivasi belajar adalah model 'time continuum'. Menurut model ini ada 6 faktor yang berpengaruh terhadap motivasi belajar, yaitu:
1. Sikap (attitude): merupakan kecenderungan untuk merespon kebutuhan belajar, yang
didasarkan pada pemahaman pembelajar tentang untung-rugi melakukan perbuatan yang sedang dipertimbangkan untuk dilakukan.
2. Kebutuhan (need): kekuatan dari dalam diri yang mendorong pembelajar untuk
berbuat menuju ke arah tujuan yang ditetapkan.
3. Rangsangan (stimulation): perasaan bahwa kemampuan yang diperolehnya dari
belajar mulai dirasakan dapat meningkatkan kemampuannya untuk menguasai lingkungan, merangsang untuk terus belajar.
Emosi (affect): perasaan yang timbul sewaktu menjalankan kegiatan belajar.
Kompetensi (competence): kemampuan tertentu untuk menguasai lingkungan.
Penguatan (reinforcement): hasil belajar yang baik merupakan penguatan untuk melakukan kegiatan belajar yang lebih lanjut.
Menurut model 'time continuum', setiap perbuatan belajar selalu terdiri dari 3 tahap, yaitu:
1. Tahap Awal: Akan Masuk Proses Belajar
a. Menumbuhkan sikap positif terhadap kegiatan belajar dengan cara
menyelenggarakan pembelajaran yang bermutu, menunjukkan bahwa hasil
belajar peserta didik bermanfaat dan memberikan umpang balik untuk
menunjukkan kemampuan yang telah dicapainya.
b. Menyelenggarakan pembelajaran yang berorientasi kepada kebutuhan peserta
didik.
2. Tahap Tengah: Terlibat Dalam Kegiatan Pembelajaran
a. Menyelenggarakan proses pembelajaran yang variatif, baik dalam hal metode
yang digunakan atau bahan yang diajarkan, sehingga memberikan rangsangan
kepada peserta didik untuk terus belajar.
b. Menyelenggarakan pembelajaran yang dapat menimbulkan rasa senang peserta
didik kepada apa yang dipelajari.
3. Tahap Akhir: Proses Pembelajaran Selesai
a. Memberikan umpan balik kepada peserta didik sehingga mereka tahu sejauh
mana telah mencapai kompetensi yang dicarinya.
b. Memberikan penguatan atau reinforcement kepada peserta didik atas semua hasil
belajar yang telah dicapainya.
2. Menerapkan Sistem Belajar Aktif
Belajar aktif merupakan komponen kedua konsep belajar mandiri. Belajar aktif atau Active Learning dianggap pula sebagai strategi untuk mencapai tujuan belajar mandiri, tetapi sekaligus juga sebagai model pembelajaran guna menumbuhkan motivasi belajar. Kegiatan belajar aktif pada dasarnya merupakan kegiatan belajar untuk mendapatkan kompetensi-kompetensi yang secara akumulatif menjadi kompetensi yang lebih besar yang hendak dicapai dengan belajar mandiri. Model belajar aktif yang diperkirakan dapat melatih kemampuan menyusun strategi belajar sekaligus menumbuhkan motivasi belajar yaitu :
Model Problem-based Learning (PBL)
Model pembelajaran ini merangsang peserta didik untuk menganalisis masalah, memperkirakan jawaban-jawabannya, mencari data, menganalisis data dan menyimpulkan jawaban terhadap masalah. Model ini pada dasarnya melatih kemampuan memecahkan masalah melalui langkah-langkah sistematis.
Menurut John Dewey (1916, 1938), proses belajar hanya akan terjadi jika peserta didik dihadapkan pada masalah dari kehidupan nyata untuk dipecahkan. Dalam membahas dan menjawab masalah, peserta didik harus terlibat langsung dalam kegiatan nyata, misalnya : mengobservasi, mengumpulkan data dan menganalisisnya.
Prinsip keaktifan peserta didik dalam belajar untuk mendapatkan hasil belajar optimal dinyatakan pula oleh Piaget (1973). Menurut Piaget to understand is to discover. Peserta didik mendapatkan pengetahuan dan dianggapnya benar, hingga dalam proses pembelajaran selanjutkan ia menemukan bahwa itu salah. Maka pengertian pada dasarnya dibangun secara bertahap melalui partisipasi aktif dalam proses pembelajaran.
4. TEKNIK PENILAIAN KARAKTER MANDIRI
a. Penilaian Sikap melalui Observasi Perilaku
Penilaian sikap dapat dilakukan dengan melakukan observasi perilaku peserta didik dengan menggunakan beberapa cara diantaranya:
· Penggunaan skala penilaian (rating scale)
Cara ini memungkinkan penilai memberi skor/nilai terhadap sikap/perilaku tertentu secara cermat.
· Penggunaan buku harian catatan khusus siswa
Observasi perilaku disekolah dapat dilakukan dengan menggunakan buku harian catatan khusus tentang kejadian-kejadian yang berkaitan dengan peserta didik salama disekolah. Dalam lembaran buku catatan khusus siswa ini harus mencakup semua sikap positif dan negative yang dilakukan oleh peserta didik.
· Penggunaan Angket
· Penggunaan Lembar Observasi
· Anecdotal record
Anecdotal record adalah catatan yang dibuat guru ketika melihat adanya perilaku yang berkenaan dengan nilai yang dikembangkan. Penilaian ini dilakukan secara terus menerus, setiap saat guru berada di kelas atau di sekolah. Selain itu guru dapat pula memberikan tugas yang berisikan suatu persoalan atau hal yang menuntut peserta didik mengemukakan posisi dirinya atau kesesuaian/ketidaksesuaian sikap dirinya terhadap persoalan tersebut.
Dari hasil pengamatan, catatan anekdotal, tugas, laporan, dan sebagainya guru dapat memberikan kesimpulannya/pertimbangan tentang pencapaian suatu indikator atau bahkan suatu nilai. Kesimpulan/pertimbangan tersebut dapat dinyatakan dalam pernyataan kualitatif sebagai berikut:
BT = Belum Terlihat (apabila peserta didik belum memperlihatkan tanda- tanda awal
perilaku yang dinyatakan dalam indikator).
MT = Mulai Terlihat (apabila peserta didik sudah mulai memperlihatkan adanya tanda
tanda awal perilaku yang dinyatakan dalam indikator tetapi belum konsisten)
MB = Mulai Berkembang (apabila peserta didik sudah memperlihatkan berbagai tanda
perilaku yang dinyatakan dalam indikator dan mulai konsisten)
MK = Membudaya (apabila peserta didik terus menerus memperlihatkan perilaku yang
dinyatakan dalam indikator secara konsisten)
5. MANFAAT BELAJAR MANDIRI
Belajar mandiri memiliki manfaat yang banyak terhadap kemampuan kognisi, afeksi dan psikomotor siswa, yaitu:
1. Memupuk tanggung jaawab.
2. Meningkatkan ketrampilan.
3. Memecahkan masalah.
4. Mengambil keputusan.
5. Berfikir kreatif, banyak ide.
6. Berfikir kritis,
7. Percaya diri yang kuat.
8. Menjadi guru bagi dirinya sendiri.
Manfaat belajar mandiri akan semakin terasa bila siswa aktif membaca buku sumber, melakukan pengamatan, penelitian, analisa dan memecahkan masalah. Pengalaman yang mereka peroleh semakin menambah wawasan, dan semakin kaya dengan ilmu pengetahuan. Apalagi bila mereka belajar mandiri dalam kelompok, disini mereka akan belajar kerja sama, kepemimpinan, dan pengambilan keputusan. Belajar mandiri akan menjadikan siswa untuk berani memilih sendiri apa yang dilakukan dengan penuh tanggung jawab. Kemandirian adalah memerlukan tanggung jawab, berinisiatif, memiliki keberanian, dan sanggup menerima resiko serta mampu menjadi guru bagi dirinya sendiri, dengan demikian pada akhirnya siswa akan menikmati arti hidup sebenarnya dari pada terbelenggu dan selalu diatur oleh orang lain.
7. PENELITIAN TERKAIT KARAKTER MANDIRI
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Izzati, dkk diperoleh simpulan bahwa modul tematik dan inovatif berkarakter pada tema pencemaran lingkungan dapat memberikan pengaruh terhadap peningkatan karakter siswa secara positif, terutama pada karakter peduli lingkungan, rasa ingin tahu, percaya diri, komunikatif, mandiri, dan gemar membaca.
Penelitian yang dilakukan oleh Apriani dengan judul “Meningkatkan Kemandirian Siswa dalam Belajar dengan Memanfaatkan Moodle” diperoleh kesimpulan bahwa Moodle sangat membantu siswa didalam mencari kemandirian diri didalam belajar, karena dengan menggunakan moodle siswa dapat melakukan pembelajaran dimana saja tidak terbatas ruang dan waktu.
8. APLIKASI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN
CONTOH ALTERNATIF LANGKAH LANGKAH PEMBELAJARAN KARAKTER
1. PENDAHULUAN
Berdasarkan Standar Proses, pada kegiatan pendahuluan, guru:
a. menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran;
b. mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan
sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari;
c. menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai; dan
d. menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai
silabus.
Contoh alternatif :
a. Guru datang tepat waktu (contoh nilai yang ditanamkan: disiplin)
b. Guru mengucapkan salam dengan ramah kepada siswa ketika memasuki ruang kelas (contoh nilai yang ditanamkan: santun, peduli)
c. Berdoa sebelum membuka pelajaran (contoh nilai yang ditanamkan: religius)
d. Mengecek kehadiran siswa (contoh nilai yang ditanamkan: disiplin, rajin)
e. Mendoakan siswa yang tidak hadir karena sakit atau karena halangan lainnya (contoh nilai yang ditanamkan: religius, peduli)
f. Memastikan bahwa setiap siswa datang tepat waktu (contoh nilai yang
ditanamkan: disiplin)
g. Menegur siswa yang terlambat dengan sopan (contoh nilai yang ditanamkan: disiplin, santun, peduli)
h. Mengaitkan materi/kompetensi yang akan dipelajari dengan karakter
i. Dengan merujuk pada silabus, RPP, dan bahan ajar, menyampaikan butir karakter yang hendak dikembangkan selain yang terkait dengan SK/KD
2. KEGIATAN INTI
Sesuai permen 41 tahun 2007 Pembelajatan melalui 3 tahapan yakni:
a. Eksplorasi (peserta didik difasilitasi untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan dan mengembangkan sikap melalui kegiatan pembelajaran yang berpusat pada siswa)
1) Melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/tema materi yang dipelajari dengan menerapkan prinsip alam takambang jadi guru dan belajar dari aneka sumber (contoh nilai yang ditanamkan: mandiri, berfikir logis, kreatif, kerjasama)
2) Menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar lain (contoh nilai yang ditanamkan: kreatif, kerja keras)
3) Memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya (contoh nilai yang ditanamkan: kerjasama, saling menghargai, peduli lingkungan)
4) Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran (contoh nilai yang ditanamkan: rasa percaya diri, mandiri)
5) Memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan (contoh nilai yang ditanamkan: mandiri, kerjasama, kerja keras).
b. Elaborasi (peserta didik diberi peluang untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan serta sikap lebih lanjut melalui sumber-sumber dan kegiatan-kegiatan pembelajaran lainnya sehingga pengetahuan, keterampilan, dan sikap peserta didik lebih luas dan dalam.)
1) Membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna (contoh nilai yang ditanamkan: cinta ilmu, kreatif, logis)
2) Memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis (contoh nilai yang ditanamkan: kreatif, percaya diri, kritis, saling menghargai, santun)
3) Memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut (contoh nilai yang ditanamkan: kreatif, percaya diri, kritis)
4) Memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif
(contoh nilai yang ditanamkan: kerjasama, saling menghargai, tanggung jawab)
5) Memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar (contoh nilai yang ditanamkan: jujur, disiplin, kerja keras, menghargai)
6) Memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok (contoh nilai yang ditanamkan jujur, bertanggung jawab, percaya diri, saling menghargai, mandiri, kerjasama)
7) Memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok (contoh nilai yang ditanamkan: percaya diri, saling menghargai, mandiri, kerjasama)
8) Memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen, festival, serta produk yang dihasilkan (contoh nilai yang ditanamkan: percaya diri, saling menghargai, mandiri, kerjasama)
9) Memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik (contoh nilai yang ditanamkan: percaya diri, saling menghargai, mandiri, kerjasama)
c. Konfirmasi (peserta didik memperoleh umpan balik atas kebenaran, kelayakan, atau keberterimaan dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperoleh oleh siswa)
1) Memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik (contoh nilai yang ditanamkan: saling menghargai, percaya diri, santun, kritis, logis)
2) Memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik melalui berbagai sumber (contoh nilai yang ditanamkan: percaya diri, logis, kritis)
3) Memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan (contoh nilai yang ditanamkan: memahami kelebihan dan kekurangan)
4) Memfasilitasi peserta didik untuk lebih jauh/dalam/luas memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap, antara lain dengan guru:
I. berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab pertanyaan peserta didik yang menghadapi kesulitan, dengan menggunakan bahasa yang baku dan benar (contoh nilai yang ditanamkan: peduli, santun);
II. membantu menyelesaikan masalah (contoh nilai yang ditanamkan: peduli);
III. memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan pengecekan hasil eksplorasi (contoh nilai yang ditanamkan: kritis);
IV. memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh (contoh nilai yang ditanamkan: cinta ilmu); dan
V. memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum berpartisipasi aktif (contoh nilai yang ditanamkan: peduli, percaya diri).
2. Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru:
a. Bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat rangkuman/simpulan pelajaran (contoh nilai yang ditanamkan: mandiri, kerjasama, kritis, logis);
b. melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram (contoh nilai yang ditanamkan: jujur, mengetahui kelebihan dan kekurangan);
c. memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran (contoh nilai yang ditanamkan: saling menghargai, percaya diri, santun, kritis, logis);
d. merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik; dan menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar internalisasi nilai-nilai terjadi dengan lebih intensif selama tahap penutup.
a. Selain simpulan yang terkait dengan aspek pengetahuan, agar peserta didik difasilitasi membuat pelajaran moral yang berharga yang dipetik dari pengetahuan/keterampilan dan/atau proses pembelajaran yang telah dilaluinya untuk memperoleh pengetahuan dan/atau keterampilan pada pelajaran tersebut.
b. Penilaian tidak hanya mengukur pencapaian siswa dalam pengetahuan dan keterampilan, tetapi juga pada perkembangan karakter mereka.
c. Umpan balik baik yang terkait dengan produk maupun proses, harus menyangkut baik kompetensi maupun karakter, dan dimulai dengan aspek-aspek positif yang ditunjukkan oleh siswa.
d. Karya-karya siswa dipajang untuk mengembangkan sikap saling menghargai karya orang lain dan rasa percaya diri.
e. Kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok diberikan dalam rangka tidak hanya terkait dengan pengembangan kemampuan intelektual, tetapi juga kepribadian.
f. Berdoa pada akhir pelajaran.
Faktor lain yang perlu diperhatikan:
1. Guru harus merupakan seorang model dalam karakter. Dari awal hingga akhir pelajaran, tutur kata, sikap, dan perbuatan guru harus merupakan cerminan dari nilai-nilai karakter yang hendak ditanamkannya.
2. Guru harus memberikan reward kepada siswa yang menunjukkan karakter yang dikehendaki dan pemberian punishment kepada mereka yang berperilaku dengan karakter yang tidak dikehendaki. Reward dan punishment yang dimaksud dapat berupa ungkapan verbal dan non verbal, kartu ucapan selamat (misalnya classroom award) atau catatan peringatan, dan sebagainya. Untuk itu guru harus menjadi pengamat yang baik bagi setiap siswanya selama proses pembelajaran.
3. Hindari mengolok-olok siswa yang datang terlambat atau menjawab pertanyaan dan/atau berpendapat kurang tepat/relevan. Pada sejumlah sekolah ada kebiasaan diucapkan ungkapan Hoo ... oleh siswa secara serempak saat ada teman mereka yang terlambat dan/atau menjawab pertanyaan atau bergagasan kurang berterima. Kebiasaan tersebut harus dijauhi untuk menumbuhkembangkan sikap bertanggung jawab, empati, kritis, kreatif, inovatif, rasa percaya diri, dan sebagainya.
4. Guru memberi umpan balik dan/atau penilaian kepada siswa, guru harus mulai dari aspek-aspek positif atau sisi-sisi yang telah kuat/baik pada pendapat, karya, dan/atau sikap siswa.
5. Guru menunjukkan kekurangan-kekurangannya dengan ' hati'. Dengan cara ini sikap-sikap saling menghargai dan menghormati, kritis, kreatif, percaya diri, santun, dan sebagainya akan tumbuh subur.
9. DAFTAR PUSTAKA
Izzati,N; Hindarto, N; dan Pamelasari, S. D., 2013, Pengembangan Modul Tematik dan Inovatif Berkarakter pada Tema Pencemaran Lingkungan untuk Siswa Kelas VII SMP, Jurnal Pendidikan IPA Indonesia(JPII) (2), 2013: 183-188
www. m-edukasi.web.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
'Silahkan Berkomentar menggunakan Hati Nurani dan Tidak mengandung Unsur SARA, SEX dan POLITIK"